sekilas.co – Di tengah gejolak ekonomi global, Indonesia tetap bersikap tenang. Saat banyak negara menutup diri dan menahan aliran modal keluar, pemerintah justru lebih awal membaca arah angin, menyesuaikan kebijakan fiskal, serta menjaga kekuatan konsumsi domestik agar mesin pertumbuhan tetap berjalan.
Hasilnya, pertumbuhan ekonomi nasional mampu bertahan di kisaran 5 persen, sebuah pencapaian yang mencerminkan daya tahan dan kepercayaan diri bangsa di tengah ketidakpastian global.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menyebut tahun 2025 sebagai periode yang menantang bagi ekonomi global. Sejumlah lembaga internasional, termasuk International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), telah menurunkan proyeksi pertumbuhan dunia akibat meningkatnya tensi geopolitik dan perubahan arah kebijakan moneter di negara maju.
“Banyak negara kini menahan arus modal keluar dan menyesuaikan arah perdagangan internasional. Deglobalisasi menjadi tren baru yang mengubah peta ekonomi dunia,” ujar Fakhrul, Sabtu, 25 Oktober 2025.
Di tengah perubahan global tersebut, Indonesia justru berhasil menemukan ruang untuk memperkuat pondasinya. Fakhrul menilai pemerintah mampu menangkap arah perubahan dunia dengan cepat. “Pemerintah sigap membaca arah angin. Itu sebabnya ekonomi Indonesia tetap tahan banting,” ujarnya.
Menurut Fakhrul, daya tahan ekonomi nasional tidak lepas dari kebijakan fiskal yang semakin redistributif, yakni mengalihkan anggaran dari kelompok yang lebih kuat ke masyarakat yang membutuhkan. “Ketika ekonomi dunia melambat, kebijakan fiskal yang redistributif menjadi kunci menjaga daya tahan ekonomi nasional,” tambahnya.
Fakhrul mencontohkan program quick wins seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai stimulus efektif bagi rumah tangga berpendapatan rendah sekaligus mendorong ekonomi lokal. “Efek pengganda fiskal dari program ini terlihat jelas melalui peningkatan aktivitas ekonomi daerah, rantai pasok pangan, dan produktivitas tenaga kerja di masa depan,” ujarnya.
Ia menambahkan, pelaksanaan program perlu terus ditingkatkan agar manfaatnya lebih luas dan berkelanjutan. “Penting agar pelaksanaannya terus ditingkatkan supaya manfaatnya makin nyata,” kata Fakhrul.
Dalam APBN 2025, pemerintah mempercepat belanja untuk memastikan program prioritas dapat berjalan lebih cepat. Menurut Fakhrul, langkah ini menunjukkan keseimbangan antara disiplin fiskal dan upaya memperkuat pertumbuhan. “Intensi dan arah kebijakannya sudah sangat tepat,” ujarnya.
Tantangan berikutnya, menurut dia, adalah memastikan kebijakan dijalankan secara efektif di lapangan. “Pelaksanaannya perlu terus dioptimalkan agar manfaatnya semakin nyata bagi masyarakat,” kata Fakhrul.
Kebijakan tersebut terbukti menjaga stabilitas ekonomi nasional: pertumbuhan tetap sekitar 5 persen, neraca perdagangan surplus, inflasi terkendali, dan pasar keuangan stabil. “Pencapaian ini menunjukkan arah kebijakan yang konsisten dan efektif,” ujarnya.
Sebagai Direktur Insight Kadin Indonesia Institute, Fakhrul juga menilai masuknya Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memperkuat fokus pemerintah pada sumber pertumbuhan domestik. “Penempatan dana sekitar Rp 200 triliun di sektor perbankan akan memberi dorongan nyata bagi perekonomian nasional,” kata dia.
Ia menilai rencana peninjauan kembali tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dapat menjadi katalis penting untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan memperkuat sektor riil. “Kebijakan fiskal seperti ini akan memperluas ruang tumbuh ekonomi nasional,” ujarnya.
Fakhrul melihat Indonesia kini memiliki fondasi ekonomi lebih kuat dibanding sebelumnya. “Secara aliran dana memang lebih terkendali, tapi kita memiliki modal besar: tingkat tabungan nasional yang tinggi,” katanya. Sebelum krisis 2008, rasio gross domestic saving to GDP hanya sekitar 27 persen, kini meningkat menjadi 34 persen. “Dengan basis investor domestik yang kuat, perekonomian kita semakin mandiri,” ujarnya.
Menurut dia, langkah berikut yang perlu diambil pemerintah adalah memanfaatkan stabilitas itu untuk menghasilkan pertumbuhan lebih produktif. “Sekarang tantangannya adalah bagaimana menjadikan stabilitas ini produktif dari stabil yang bertahan menjadi stabil yang tumbuh,” ucapnya.
Bagi Fakhrul, kunci pertumbuhan inklusif terletak pada peningkatan daya beli masyarakat. Ia menilai arah kebijakan pemerintah sudah berada di jalur yang benar. “Kalau kebijakan yang diambil Menteri Keuangan baru berjalan sesuai rencana, saya yakin pertumbuhan ekonomi pertengahan tahun depan bisa mencapai 5,5 persen,” ujarnya.
Ia memperkirakan percepatan ekonomi akan terlihat mulai 2026, didorong low base effect dari tahun ini serta meningkatnya perputaran uang di masyarakat. Karena itu, Fakhrul menekankan pentingnya percepatan belanja negara agar momentum tetap terjaga. “Pemerintah harus memulai tahun depan dengan langkah cepat agar momentum pertumbuhan terus berlanjut,” katanya.
Nada optimistis juga datang dari dunia internasional. IMF baru-baru ini menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,8 menjadi 4,9 persen. Fakhrul menilai angka itu realistis, bahkan masih konservatif. “Potensi pertumbuhan Indonesia bisa lebih tinggi karena daya tahan ekonominya kuat dan dukungan harga komoditas yang masih baik,” ujarnya.
Ia juga menyoroti hasil sejumlah perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif (CEPA) dengan Uni Eropa dan Kanada yang mulai menunjukkan hasil positif. “Dampaknya mulai terlihat dari peningkatan ekspor, termasuk produk minyak sawit,” katanya.
Fakhrul yakin pemulihan ekonomi Indonesia akan semakin merata dan dimulai dari daerah terutama wilayah berbasis komoditas dan sektor pangan yang menerima manfaat langsung dari program pemerintah. “Kuncinya adalah eksekusi belanja yang konsisten. Dengan kesiapan APBN dan momentum kebijakan yang tepat, tahun 2026 akan menjadi periode percepatan pertumbuhan,” ujarnya.
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
Pada kuartal II 2025, ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen. “(Prediksi kuartal III) sedikit di atas 5. Mungkin lebih rendah sedikit, karena ada ribut-ribut,” ujar Purbaya setelah bertemu pimpinan Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025.
Pertumbuhan yang sedikit melambat diduga imbas demonstrasi yang terjadi pada akhir Agustus lalu. Namun, Bendahara Negara itu optimistis ekonomi kuartal III masih akan tumbuh di atas 5 persen.
Ia yakin ekonomi Indonesia akan kembali melesat hingga 5,5 persen pada kuartal IV 2025. Purbaya menyatakan penyebabnya adalah meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap pemerintah dan stabilitas ekonomi.
Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, kata dia, telah kembali ke level sebelum demonstrasi. Artinya, kepercayaan publik terhadap perekonomian meningkat. “Harapannya ke depan membaik terus, harga tetap terkendali, stabilitas sosial dan politik terjaga,” ujarnya.
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Indonesia
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Kuartal IV





